Sunday, April 15, 2007

8 Tips Seks Bercinta Senggama ala Kamasutra

Kamasutra tersohor sebagai seni bercinta yang tinggi yang tetap merupakan salah satu rujukan terbesar bagi mereka yang ingin menikmati seks dengan penuh keseimbangan. Kamasutra merupakan Karya klasik tentang ketrampilan seks dan seni bercinta ini ditulis pada abad ke 3 Masehi. Kamasutra mengajarkan gaya dan posisi bercinta yang sarat akan seni terlihat dalam beberapa posisi berikut ini:

1. Teratai Mekar
Posisi wanita berbaring telentang membuka kaki selebar mungkin, merendahkan kepalanya dan mengangkat bagian-bagian tengah tubuhnya. Pihak lelaki memeluk bagian tengah sehingga memudahkan masuknya Mr P ke dalam. Posisi seperti ini dapat merasakan sensasi yang berbeda.

2. Kuncup Teratai
Posisi kurang lebih sama seperti diatas, hanya saja pada bagian ini wanita mengangkat kedua belah pahanya dan membiarkannya tetap terbuka lebar lalu melakukan penetrasi. Ketika melakukan posisi ini, lelaki bias bergerak ke depan dan belakang, juga dapat melakukan gerakan zig zag.

3. Tekukan Teratai
Wanita menekuk lututnya sehingga kedua paha dan betisnya saling berdempetan lalu posisi berbaring menyamping. Sementara sang pria bisa ‘menyerang’ dari posisi yang paling mudah. Posisi ini dalam Kamasutra disebut posisi Indrani. Posisi ini membutuhkan latihan yang berulang-ulang. Karena gayanya tidak biasa dan termasuk dalam tahap hubungan seksual tingkat tinggi.
4. Teratai Mengunci
Kedua kaki laki-laki maupun wanita direntangkan lurus keluar ke arah pasangan masing-masing, disesuaikan dengan kebiasaan tidur masing-masing pasangan. Pada posisi miring, pihak lelaki harus selalu berbaring dengan sisi kiri tubuhnya. Sedangkan wanita berbaring miring pada sisi kanannya.

5. Teratai Menekan
Jika sudah dalam posisi mengunci, kemudian perempuan menekan Mrs V menuju Mr P pasangannya dengan kedua pahanya. Tekanan dari depan ke belakang yang kuat terhadap penis akan ditemui seni bercinta yang luar biasa meski agak sulit. Tapi dari kesulitan itu didapat seni kenikmatan.

6. Teratai Memeluk
Posisi wanita salah satu pahanya ditempatkan pada melintang paha pasangan. Posisi ini sangat mudah dilakukan,santai dan tidak terlalu berbelit. Dilakukan sembari duduk berhadapan,sementara kedua tangan saling berangkulan. Ciuman dan eratnya pelukan memperdalam keintiman pasangan. Sesekali wanita dapat melepaskan rangkulannya dan menahan dengan tangannya.

7. Belahan Teratai
Wanita meletakkan salah satu kakinya diatas bahu pasangan, kaki yang satunya lagi direntangkan lurus ke depan. Kemudian kaki yang direntangkan itu diletakkan diatas bahu kekasihnya. Terus kaki yang tadi diletakkan diatas bahu direntangkan keluar, lalu melakukan posisi ini secara bergantian.

8. Teratai Gantung
Laki-laki menyandarkan dirinya pada sebuah tembok, dan wanitanya duduk diatas kedua tangan pasangannya yang disatukan dan menyangga pantat wanita. Wanita melingkarkan kedua tangannya pada leher laki-laki lalu meletakkan kedua pahanya pada pinggang laki-laki. Sembari menggerakan dirinya dengan kedua kakinya yang menyentuh tembok tempat sandaran laki-laki.


8 Tips Seks Bercinta Senggama ala Kamasutra

Foreplay ala Kamasutra

Foreplay
Harus dilakukan sebelum melakukan hubungan badan / ML ( making love ) / seks 'bertempur'. Dalam hal makan saja ada aturannya, dimulai dengan appetizer, lanjut maincourse atau intercourse, terakhir dessert. Dalam seks, ada Foreplay,orgasme, hingga afterplay. Nah, dalam Foreplay, ada beberapa macam yang dapat Anda lakukan bersama pasangan :

1. Mengenakan Busana minimalis ( seksi / sexy ) sebelum memulai permainan seks anda.

2. Mandi Bareng
Sembari membersihkan diri, rangsang pasangan saat adegan basah ini.

3. Berciuman
Jelas ciuman point utama untuk merangsang dan membangkitkan gairah.

4. Oral Sex
Sebagai Ciuman seks, cobalah oral seks misalnya dengan menambahkan 'pemanis', seperti madu, ice cream atau es batu pada bibir anda. Ehm, pasti menggetarkan!

5. Menonton Film Blue
Pilih video yang menayangkan adegan seks nan memukau tentunya yang erotis. Anda tinggal pilih, misalnya 'Kamasutra', 'Original Sin', 'Basic Instinct', 'Last Tango in Paris', dan lain-lain.

6. Membaca buku yang berisi adegan seks, posisi maupun gambar seksi Baca secara bersamaan buku atau majalah yang memuat artikel seks sekaligus gambar-gambar seksi.

7. Body Massage
Pijat tubuh pasangan dengan gerakan nan menggoda, merangsang dan menggairahkan.

8. Sharing Fantasy
Hidupkan suasana 'panas' dengan fantasi-fantasi yang Anda berdua inginkan. Mengenai tempat, posisi yang diinginkan maupun gambaran menggoda lainnya.

9. Saling mengusap dan membelai
Sembari berciuman belai dan usap pasangan, agar dia merasakan kasih sayang Anda.

10. Striptease
Wow, sungguh menggairahkan bila hal ini dilakukan Anda berdua. Dijamin suasana menjadi betul-betul 'panas'.

11. Menjelajahi zona erotis
Jika foreplay membutuhkan waktu lama, dengan sabar hendaknya Anda menjelajahi serta menyusuri bagian sensitif tubuh pasangan. Rangsangan itu akan menimbulkan 'rasa' nan menggairahkan, dan bersiaplah untuk 'bertempur'.

Klik Seks Bercinta Benggama ala Kamasutra

Seks dan Bercinta Falsafah Kamasutra


Kamasutra adalah sebuah teks kuno India tentang seks.
Kamasutra yang mempunyai judul lengkap vatsyayana kamasutra dikarang oleh Vatsyayana. Kamasutra memuat 64 posisi seksual yang semuanya dianggap sebagai seni.

Saya baru sadar. Betul juga, ranjang sungguh sangat penting.

Perhatian yang kita berikan selama ini sungguh tidak proporsional. Kitab-kitab dan karya sastra pun banyak membicarakan kehidupan di luar ranjang. Jarang yang membicarakan kehidupan di atas ranjang.

Kamasutra bukan hanya bicara tentang kehidupan di atas ranjang. Namun, juga bicara tentang persiapan menuju ranjang dan kehidupan setelah turun dari ranjang. Kamasutra, oleh sebab itu, menyentuh keseluruhan hidup manusia.

Tak heran bila leluhur kita yang hidup dalam wilayah peradaban Sindhu, Hindu, Indies, Indo, Hindia, India, atau apa pun sebutannya, menerima kama (nafsu) sebagai an integral part of life, bagian tak terpisahkan dan hidup manusia. Lalu, disusunlah sutra (pedoman) yang berkaitan dengannya sebagai sesuatu yang suci. Bagi kita yang tinggal dalam wilayah peradaban itu, Kamasutra adalah “kitab suci”.

Dalam pengertiannya secara generik, Kamasutra bukanlah milik sebuah negara yang kita sebut India. Namun, milik keseluruhan wilayah peradaban, yang oleh para pedagang dari Timur Tengah zaman dahulu disebut Hindustan. Wilayah luas yang mencakup Gandhaar (sekarang Qandahar dan merupakan bagian dari Afghanistan) hingga perbatasan Astraalaya (sekarang Australia) betul-betul merupakan wilayah peradaban, dan bukan sebuah negara atau imperium. Negara-negara yang ada di wilayah peradaban ini bebas, merdeka, termasuk Kepulauan Nusantara.

Maka, tidak heran pula bila di Jawa dan Bali masih bisa ditemukan lontar-lontar kuno yang bicara tentang kama. Secara kolektif lontar-lontar itu pun dapat disebut kamasutra. Sayangnya, tidak komplet. Banyak bagian yang sudah hilang. Sementara itu, karya dunia yang kita sebut Kamasutra masih relatif lengkap dan ditemukan lontarnya di Bhaarat (kini India).

Vatsyayana, yang sering kita temukan namanya tertera di atas kulit buku Kamasutra dan memberi kesan seolah ia penulisnya, sesungguhnya tidak pernah mengklaim sebagai penulis. Ia hanya mengaku dirinya sebagai editor, penyusun.

Kita tidak banyak tahu tentang Vatsyayana, siapa dia, tinggal di mana. Secara samar-samar kita hanya tahu, barangkali dia hidup pada 1.700 - 1.800 tahun lalu.

Secara implisit, sang penyusun pun mengaku bahwa karyanya lahir dari kegelisahan diri. Kegelisahan melihat keadaan muda-mudi Bhaarat zaman itu. Dengan jumlah penduduknya sekitar 10 - 15 juta dan tanah yang lumayan subur, keadaan Bhaarat waktu itu mirip dengan Swiss atau negeri-negeri Skandinavia masa kini.

Untuk memahami latar belakang penyusunan Kamasutra oleh Vatsyayana, kita boleh menoleh sebentar ke Swiss atau salah satu negara di Skandinavia. Inilah negara paling makmur di dunia, jauh lebih sejahtera dari Amerika Serikat. Namun, tingkat kematiannya akibat bunuh diri pun jauh berada di atas Amerika Serikat, dan tertinggi di Eropa. Kenapa? Ketika seorang gadis asal Swiss diwawancarai oleh CNN, ia mengaku, “Kehidupan sebagaimana kita jalani saat ini sudah kehilangan makna. Untuk apa hidup?” Tidak ada tantangan. Segalanya sudah tersedia, baik oleh orangtua maupun negara. Mau apa lagi?

Saat itu, di zaman Vatsyayana, muda-mudi Bhaarat pun menghadapi dilema serupa. Maka mereka melarikan diri dari masyarakat. Mereka menjadi petapa, menjadi biku. Keseimbangan sosial pun kacau. Jumlah penduduk yang berusia lanjut dan sudah tidak produktif melebihi jumlah mereka yang masih muda dan produktif. Keadaan serupa saat ini dihadapi oleh tetangga kita, Singapura.

Di tengah keadaan seperti itu, Vatsyayana mengingatkan zamannya bahwa “Manusia Dapat Memberi Makna pada Hidupnya”. Tidak perlu mencari makna kemana-mana, karena makna ada di mana-mana. Maka lahirlah sebuah falsafah, bukan filsafat yang kering, cara hidup yang penuh lembap. Falsafah kamasutra!


HIDUP PENUH MAKNA
Berdasarkan perumpamaan itu, Vatsyayana mengajak kita untuk mengenali diri, untuk menemukan jati diri atau pusat di dalam diri - the centerpoint. Banyak cara untuk menemukan jati diri. Namun, ada empat upaya utama. Setiap upaya mewakili satu sudut, satu sisi kehidupan, yang barangkali berseberangan tetapi dapat dipertemukan.

Pertama adalah kama (keinginan) - keinginan kuat, tunggal, untuk menemukan jati diri. Sementara ini keinginan kita masih bercabang. Terdorong oleh hawa nafsu, kita dapat menginginkan apa saja. Perlahan, tanpa memaksa, kita harus mengarahkan keinginan itu kepada diri sendiri. Dari sekian banyak keinginan, kita menjadikannya satu keinginan; keinginan untuk menemukan jati diri.

Kedua adalah artha, biasa diterjemahkan sebagai harta. Sesungguhnya, artha juga berarti “makna” atau “arti”. Temukan makna hidup! Adakah uang atau harta itu yang memberi makna pada hidup kita? Bila ya, berhati-hatilah. Sebab, apa yang kita miliki saat ini tak mungkin kita miliki selamanya. Jangankan uang, anggota keluarga pun pada suatu ketika akan meninggalkan kita, atau sebaliknya. Bila terlalu percaya pada “kepemilikan” kita, maka hidup bisa menjadi sangat tidak berarti ketika apa yang saat ini masih kita miliki, tidak lagi menjadi milik kita.

Berusahalah untuk menemukan makna lain bagi hidup kita. Barangkali itu “kebahagiaan” yang kita peroleh saat kita berbagi kebahagiaan. Tidak berarti kita tidak boleh mencari uang. Silakan mencari uang, menabung, menjadi kaya-raya, tetapi janganlah mempercayai harta kekayaan kita. Kita pasti kecewa karena apa yang kita miliki hari ini, belum tentu masih kita miliki esok pagi.

Ketiga adalah dharma, kebajikan. Dalam bahasa sufi disebut syariat - pedoman perilaku. Pedoman perilaku berdasarkan kesadaran, itulah dharma. Jangan berbuat baik hanya karena kita dijanjikan sebuah kapling di surga. Itu bukan kebajikan, tapi perdagangan belaka - jual-beli. Berbuatlah baik karena kebaikan itu baik. Berbuatlah baik karena diri kita baik. Berbuatlah baik karena kita sadar. Orang yang berada pada jalur dharma tidak perlu dipaksa, diiming-imingi, juga tidak perlu diintimidasi, diteror, atau dipaksa untuk berbuat baik. Ia akan selalu berusaha untuk berbuat baik karena sadar!

Keempat adalah moksha, kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak berarti “kebebasan dari" sekaligus “kebebasan untuk”. Kita bebas dari penjajahan, dan mestinya kita juga bebas untuk berpendapat. Namun, ada rambu-rambu yang perlu ditaati, diperhatikan, dan tidak dilanggar. Kenapa ada rambu-rambu? Sebab, kita belum cukup sadar menggunakan “kebebasan untuk” dengan penuh tanggung jawab. Barangkali memang karena itu, atau barangkali ada pihak-pihak yang merasa akan dirugikan, bila kita meraih “kebebasan untuk”.

Lewat Kamasutra, Vatsyayana, sang Begawan, hendak membebaskan kita dari perbudakan, dan belenggu yang menjerat. Tuhan bukanlah yang menciptakan belenggu-belenggu itu, tapi masyarakatlah penciptanya. Nilai-nilai yang mendasari suatu masyarakat semuanya dapat berubah. Tidak ada yang baku.

Vatsyayana mengajak kita untuk sepenuhnya menerima perubahan dan ikut berubah. Dalam bahasa modern, inilah yang disebut Adequency Quotient - kemampuan untuk bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, waktu, keadaan, budaya lokal, dan sebagainya. Vatsyayana tidak percaya pada Intellectual Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient atau gabungan kedua atau ketiganya. Ia menerima semuanya dan tidak berhenti pada ketiganya itu saja. Ia pun menerima segala aspek kehidupan manusia, termasuk seks - dan lahirlah Kamasutra sebagaimana dipahami oleh Vatsyayana.

Kama, artha, dharma; dan moksha harus bertemu, dan titik temu keempat upaya itulah tujuan hidup, itulah jati diri kita! Titik temu itu adalah antara pasangan yang berseberangan. Janganlah mempertemukan kama dengan artha, karena kedua titik itu masih segaris. Pertemuan antara kama dan artha itulah yang selama ini terjadi - kita hanya berkeinginan untuk mengumpulkan uang, mencari keuntungan, dan menambah kepemilikan, entah itu berupa benda-benda yang bergerak atau tak bergerak.

Kama harus bertemu dengan moksha, itulah titik di seberangnya. Berkeinginanlah untuk meraih kebebasan mutlak.

Kemudian artha harus bertemu dengan dharma - carilah harta sehingga Anda dapat berbuat baik, dapat berbagi dengan mereka yang berkurangan. Berikan makna kepada hidup Anda dengan berbagi kebahagiaan, keceriaan, kedamaian, dan kasih.

Namun, selama ini kita menggabungkan dharma dengan moksha. Berbuat baik, beramal saleh, untuk meraih kebebasan. Kemudian kebebasan pun kita terjemahkan sebagal keselamatan bagi diri, jiwa, atau sebuah kapling di surga. Bebas dari api neraka, itulah definisi kita tentang kebebasan. Bebas dari penderitaan, entah fisik, mental, emosional atau apa yang kita anggap rohani. Itu saja.

Padahal, roh atau batin melampaui suka dan duka. Roh atau batin adalah napas-Nya yang ditiupkan-Nya ke dalam “apa yang kita sebut diri kita”. Penderitaan fisik, mental, maupun emosional semata-mata karena kita tidak mau menerima perubahan. Setelah digunakan selama puluhan tahun, kendaraan bernama badan sudah pasti mengalami kerusakan. ltu wajar dan normal. Terimalah kewajaran itu